Sabtu, 14 April 2018

KONSERVASI KAWASAN KOTA TUA BANGUNAN JASA RAHARJA PART 1


Latar Belakang
Konservasi merupakan suatu upaya yang dapat menghidupkan kembali vitalitas lama yang telah pudar. Termasuk upaya konservasi bangunan kuno dan bersejarah. Peningkatan nilai-nilai estetis dan historis dari sebuah bangunan bersejarah sangat penting untuk menarik kembali minat masyarakat untuk mengunjungi kawasan atau bangunan tersebut. Sebagai bukti sejarah dan peradaban dari masa ke masa. Upaya konsevasi bangunan bersejarah dikatakan sangat penting. Selain untuk menjaga nilai sejarah dari bangunan, dapat pula menjaga bangunan tersebut untuk bisa dipersembahkan kepada generasi mendatang.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan sejarah dan budaya. Tentu tidak sedikit bangunan bersejarah yang menyimpan cerita-cerita penting dan tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Bahkan hampir di setiap daerah mempunyai bangunan bersejarah yang dijadikan sebagai identitas dari daerah tersebut.
Bertolak belakang dengan diketahuinya indonesia yang kaya akan sejarah dan budaya, ternyata masih banyak bangsa Indonesia yang tidak menyadari akan hal itu. Banyak sekali fenomena-fenomena yang terjadi dan meninbulkan keprihatinan terutama dalam bidang arsitektur bangunan di Indonesia. Seperti yang dikemukakan oleh Budihardjo (1985), bahwa arsitektur dan kota di Indonesia saat ini banyak yang menderita sesak nafas. Bangunanbangunan kuno bernilai sejarah dihancurkan dan ruang-ruang terbuka disulap menjadi bangunan. padahal menghancurkan bangunan kuno bersejarah sama halnya dengan menghapuskan salah satu cermin untuk mengenali sejarah dan tradisi masa lalu. Dengan hilangnya bangunan kuno bersejarah, lenyaplah pula bagian sejarah dari suatu tempat yang sebenarnya telah menciptakan suatu identitas tersendiri, sehingga menimbulkan erosi identitas budaya (Sidharta dan Budhihardjo, 1989). Oleh karena itu, konservasi bangunan bersejarah sangat dibutuhkan agar tetap bisa menjaga cagar budaya yang sudah diwariskan oleh para pendahulu kita.
Pada penulisan ini penulis mengambil objek kawasan bangunan tua di Kali Besar Kota Tua yaitu bangunan Gedung Jasa Raharja yang merupakan kawasan peninggalan penjajahan zaman Belanda, pada kawasan kali besar ini kemudian di ambil objek bangunan yang kemudian dideskripsikan serta dicarikan solusinya berdasarkan kaidah konservasi arsitektur. 

Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun Tujuan & Manfaat dari Penulisan ini adalah:
Tujuan:
  • · Mendeskripsikan objek bangunan kuno kawasan kali besar 
  • · Mencari masalah, solusi serta melestarikan nilai sejarah pada bangunan kuno

Manfaat:
  • ·       Subyektif

Untuk memenuhi tugas konservasi arsitektur semester 8.
  • ·       Obyektif

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam konservasi arsitektur.

Rumusan Masalah
Agar tidak menyimpang dari pokok pembahasan yang akan dibahas dan lebih memahami judul di atas, maka timbulah beberapa pertanyaan guna untuk membatasi pembahasan ini yaitu :
1. Apa saja data didapat dari hasil survey bangunan konservasi di kali besar?
2. Apa yang terjadi pada bangunan setelah bangunan mengalami pemugaran?
3. Apa kesimpulan yang ada pada objek amatan gedung Jasa Raharja dan arahan desain seperti apa yang cocok untuk bangunan tersebut?

Batasan Masalah
Bangunan yang menjadi objek studi kasus konservasi adalah bangunan Gedung Jasa Raharja di kawasan Kali Besar, Kota Tua.

STUDI KASUS
“BANGUNAN GEDUNG JASA RAHARJA KAWASAN KALI BESAR, KOTA TUA”

Pada studi kasus ini akan menjelaskan tentang bangunan Gedung Jasa Raharja mulai dari sejarah bangunan, deskripsi bangunan, bentuk bangunan setelah di revitalisasi dan sesudah direvitalisasi, dan elemen-elemen fasad bangunan.



Sejarah Owner            : Zee en Brand Verzekerings Maatschapij Sluyter & Co / Assurantiekantoor Blom & Van der Aa, Assurantiekantoor Combinatie Sluyters & Co, and de Java-China-Japan Lijn / Lloyd Insurance (1950)

Berdiri                        : Sekitar 1991
Fungsi                         : Bidang Asuransi Sosial
Milik                           : BUMN
Alamat                        : Jl. Kali Besar Timur No.10, Jakarta Barat
Kondisi Bangunan      : Cukup Baik
Klasifikasi                  : Golongan B

Sejarah Bangunan
Gedung ini dibangun sekitar abad ke-19, memiliki desain unik khas Eropa. Langitlangit bangunan yang menjulang tinggi berhiaskan lukisan, dengan jendela berhias kaca patri serta bagian jendela lainnya dihiasi besi bercat keemasan dengan ornamen unik yang selaras dengan ukiran pada tangga bangunan. Pada dinding masih menempel tanda (sejenis prasasti) yang menandai keberadaan bangunan yang dipercantik bentuk hiasan yang sangat klasik. Bangunan ini merupakan bagian dari lima nama pemilik yang terdata, yaitu PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) yang memiliki 16 gedung.

Sebelum Direvitalisasi


Sebelum direvitalisasi, bangunan ini tergolong rawan roboh, sebelum bangnan ini dikonservasi, atap ini sudah tidak ada dan tidak memiliki fungsi, hanya terdapat sisa-sisa dinding yang belakangnya kosong. Setelah dikonservasi, bangunan ini bersifat sama seperti bangunan yang lama dari segi fasad, hanya saja menggunakan teknologi bangunan yang lebih modern. Dikarenakan bangunan ini memiliki klasifikasi pemugaran B.

Pemugaran golongan B bersifat:
  • ·       Mempnyai nilai keaslian tetapi tidak bersejarah
  • ·       Dilarang dibongkar secara sengaja
  • ·       Harus seperti semula seperti aslinya walapun rubuh
  • ·       Pemeliharaan dan perawatan bangunan tidak boleh mengbah pola tapak depan, atap, dan warna, dan mempertahankan detail.
  • ·    Tata ruang dalam dapat diubah sesuai pengguna, tetapi tidak mengubah struktur utama bangunan.


Setelah Direvitalisasi


Bentuk Bangunan Gedung Jasa Raharja
Bentuk bangunan merupakan bergayakan bangunan kolonial Belanda dan bersifat simetris. Bangunan memiliki 3 lantai dan 1 dormer, pada setiap lantainya, setiap jendela memiliki irama yang berbeda. Atapnya menggunakan atap limas dengan bahan atap tanah liat dan menggunakan kubah pada dormer. Bentuk bangunan pada tahun 1920 dengan 2016 tidak ada yang diubah, mengikuti bentuk bangunan lama atau seperti semula.

Elemen fasad Gedung Jasa Raharja

1. Jendela
Elemen jendela yang digunakan pada bangunan berupa jendela bouvenlicht. Bouvenlicht tidak tergantung dari keadaan cuaca, berkaitan fungsinya dengan kesehatan, akan tetapi apabila dikaitkan dengan kenyamanan termal, maka bouvenlicht sangat bergantung pada kondisi cuaca. Bouvenlicht berfungsi untuk mengalirkan udara dari luar ke dalam bangunan, dan sebaliknya, oleh karena itu, ukuran dari bouvenlicht harus disesuaikan dengan kondisi cuaca. Dalam penggunaannya, dapat diusahakan agar bouvenlicht terhindar dari sinar matahari secara langsung. Rangka jendela setelah direvitalisasi menggunakan rangka aluminium dengan mengikuti bentuk jendela lama seperti aslinya.

2. Dormer 
Dormer/Cerobong asap semu, berfungsi untuk penghawaan dan pencahayaan. Di  tempat asalnya, Belanda, dormer biasanya menjulang tinggi dan digunakan sebagai ruang  atau cerobong asap untuk perapian. Biasanya diwujudkan dalam bentuk hiasan batu yang  diberi ornamen berbentuk bunga atau sulur-suluran. Sebelum direvitalisasi, dormer dan atap  bangunan sudah rubuh, dan setelah direvitalisasi dibangun kembali mengikuti bentuk yang  lama.

3. Pintu 
Bentuk pintu juga sama dengan jendela, berupa melengkung agar terjadinya  pertukaran udara yang seirama dengan elemen jendela yang lainnya. Setelah direvitalisasi,  pintu menggunakan rangka aluminium.

4. Warna 
Warna bangunan menunjukkan warna putih yang memang warna primer pada  bangunan kolonial. Dan juga dikarenakan fungsi bangunan ini memang untuk asuransi dan  milik BUMN, warna putih menandakan warna formal pada bangunan.






Sumber :

https://id.wikipedia.org/wiki/Konservasi

https://wikimelo.wordpress.com/2016/08/04/pengertian-konservasi-arsitektur/
http://rezahariri07.blogspot.co.id/2017/07/konservasi-arsitektur_31.html
https://soniasworldd.wordpress.com/2016/06/08/konservasi-arsitektur-kawasan-kali-besar/
http://renzzmusicca.blogspot.co.id/2015/07/tugas-konservasi-arsitektur.html

2 komentar: